[refleksi UAS] untuk nanti; 21 Rabi’ul Awwal 1436 H/12 Januari 2015 M ‪#‎reminder‬

Bismillaah…

“Engkau pikir, ALLAH tak ada di saat sudah memasuki ruang ujian? Sadar atau tidak, kau telah melakukan sebuah dosa, meski kecil.”
Tahukah, apa dosa yang telah diperbuat itu? ….. Check it out

Jika yakin akan kemampuan dan usaha serta do’a yang telah dilakukan dan dipersiapkan sebelumnya, tentu tak kan berani untuk melakukan hal yang satu ini. Agaknya, tak perlu saya sebutkan lagi. Mungkin sudah menjadi sebuah kebiasaan tersendiri bahkan ter’populer’ di kalangan para siswa/i dan atau mahasiswa/i dalam melakukannya. Sebuah kesalahan, ya semacam kecurangan.

Apalagi kalau bukan “Menyontek” atau saling memberitahu, kerjasama, membawa secarik kertas ‘rahasia’, berbisik, lirik kanan-kiri, tengok sana-sini, hanya untuk demi mendapatkan sebuah jawaban atas soal yang telah diberikan oleh para pengawas. Atau bahkan, karena dewasa ini zaman sudah semakin canggih. Tak perlu lagi melakukan banyak hal di atas yang mungkin dapat membuat repot para peserta ujian. Sebuah handphone misalnya, atau mini tab, dan alat-alat teknologi lainnya yang sejenis. Semua benda itu, dapat membantu serta mempermudah jalannya kecurangan yang dilakukan. Begitu cerdasnya, begitu pintarnya, begitu mahirnya mereka dalam melakukan hal tersebut, seakan-akan rasa malunya hilang seketika. Hangus terbakar oleh bisikan-bisikan syaithon yang bersemayam dalam jiwa.

Astaghfirullaah… cry emotikon
Ke manakah perginya rasa takut itu?

Dunia memang tak lagi muda, semakin tua ia justru semakin melena. Ini akhir zaman, penuh dengan tipu daya dan fitnah. Sungguh beruntung orang-orang yang mampu melewati semua ini dengan ketaatan, keimanan serta ketaqwaannya pada ALLAH. Masihkah berpikir bahwa “Menyontek” itu bukan salah satu kemaksiatan? Mungkin sebagian orang menganggap remeh akan hal ini. Ahh, dosa kecil ini, kan cuman beberapa hari. Hei? Tahukah engkau? ‘Cuman’ itu termasuk kata yang berbahaya, yang dapat membuka suatu kelalaian. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Tak disangka, dosa kian bertumpuk, menggunung. Ada yah maksiat berjama’ah?

Apa yang bisa didapatkan dari semua hal itu? Kebaikan? Ya, mungkin kebaikan antar sesama kawan atau sahabat karena saling membantu. Namun sejatinya, telah mengajak kepada sulutan api neraka, menjerumuskanya ke dalam dosa. Seperti inikah, wujud tunas-tunas bangsa yang sebenarnya? Bangga menjadi pendusta? Rasa takutnya hanya demi kawan yang mungkin akan menjauhi satu sama lain bila tidak melakukan kesalahan ini? Takut dicemooh oleh yang lain, karena pelit memberikan jawaban? (salah satunya). Lebih memilih malu di hadapan manusia ketimbang ALLAH? Tak percaya diri dengan jawabannya? Padahal belum tentu jawaban temannya itu benar. Temanmu hanya memanfaatkan dirimu, dan engkau tidak sadar telah dimanfaatkan. Yang namanya kompetisi, maka setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena yang namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim/kolektif.

Lalu bagaimana gambaran generasi di masa yang akan datang? Inginkan harapan yang baik, namun pendahulunya tak melakukan yang baik. Mau instan? Memangnya makanan? Semua kebaikan, pastilah membutuhkan sebuah proses. Namun, bukan seperti ini caranya. Merasa tak diawasi oleh ALLAH di manapun engkau berada? Mungkin karena efeknya tak langsung, sehingga berani untuk melakukannya.

Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Mending nilai pas-pasan tapi jujur, daripada berbuat curang dan berbohong dengan menyontek. Prinsip inilah yang harusnya ditanamkan, supaya jujur dan mencari ridho Allah. Pahamilah bahwa membahagiakan orang tua dengan lulus dalam ujian tidak mesti dengan jalan yang diharamkan, tempuhlah jalan yang Allah ridhoi. Semoga ALLAH mendatangkan kemudahan dan juga memberikan taufik untuk berlaku jujur dan menjauhi kecurangan. Terutama bagi sang penulis sendiri, El-Yazza. smile emotikon

“Aku memang bukanlah mahasiswi yang cerdas, namun hal ini tidak menjadi sebuah alasan bagiku untuk tidak takut kepada ALLAH, sang Maha Pemilik Jiwa. ~Muslimah pejuang Ridho-Nya.
Ittaqillaah haitsumma kunta, wa zadanallah ilman wa hirsha. Allahumma Aamiin…
“Siapa yang menanam, dia akan menuai hasilnya kelak.”

Komentar