Bismillaah...

Wahai diri, aku tahu dirimu lelah. Sibuk dengan urusan dunia yang membuat kepalamu pening. Sibuk dengan desakan kebutuhan dunia yang membuat dadamu sesak. Sibuk, sibuk.
Wahai diri, aku tahu dirimu lemah. Ragu merangkai huruf demi huruf, memisahkannya dengan spasi dan tanda baca. Bahkan sekedar menulis untuk 'amanah' yang seharusnya kau pikul saja, kau terengah dan payah.
Wahai diri, kau memang tak akan pernah mampu istiqomah dalam menulis. Pun sekedar menulis untuk diri. Jika niat yang dulu membuat matamu berbinar, kini bengkok. Pun sekedar menulis untuk menggugurkan kewajiban. Jika niat yang dulu membuat jemarimu lincah menari, kini bengkok. Tak lagi lurus.

Allah...
Aku mempertanyakan niatku. Karena seberapa pun lelah yang memberat langkah. Karena seberapa pun lemah yang mengungkung jemari. Akan hilang, akan hilang. Kemudian ajaibnya, lelah itu, lemah itu. Tak menghalangi diri untuk menulis dan menulis. Menyampaikan ayat-Nya, meski terbata. Menyampaikan kebenaran, meski tertatih.
Allah...
Aku mempertanyakan niatku. Masihkah ia lurus? Masihkah ‪#‎Menulis‬ Karena Allah?
[Refleksi Menulis]

Komentar